20 November 2008

Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo

Ketika sedang berada di Bualemo, Gorontalo (17/11) saya menerima pesan singkat dari Nanda Akmal Firdaus Ibrahim, anak kedua saya yang sedang melanjutkan kuliah di Institut Studi Islam Darussalam sambil mengabdi di Pesantren Gontor, bunyinya: "Mama waktu mahasiswa dulu aktif di mana, Ma?" Saya jawab: "Waktu mahasiswa Mama aktif di HMI, senat mahasiswa, dewan mahasiswa, teater, MC kampus, koran kampus dan kursus bahasa Inggeris."

Besoknya ketika sedang berada di Makassar (18/11), melalui telepon Akmal menyampaikan "Ma, saya sedang dirawat di Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM -- rumah sakit pesantren), kata dokter ada gejala tifus." "Mungkin terlalu capek ikut orientasi Nak ya, bagaimana kalau Mama datang menemani di Gontor?" Nanda Akmal menjawab "Tak usah Ma, tidak apa-apa, sudah diberi obat kok, Ma."

Tanggal (20/11) ketika saya dalam perjalanan Jakarta-Ciamis untuk peresmian Pabrik Tapioka dan Mocal Paguyuban Patra-Cendekia, program kerjasama pokja Cassava ICMI dengan Pertamina: Nanda Dian, anak pertama saya, sarjana kedokteran yang kini sedang co-ast di UNHAS kirim pesan. "Mama dan Papa sebaiknya ke dek Akmal, sudah empat hari ia tak tidur, panas belum turun, dan sudah mulai halusinasi. Selain obat dek Akmal perlu ditemani, kasian jika sendirian."

Segera saya kontak Kak Ibrahim: "Bagaimana baiknya Pa? Papa bisa berangkat ke Gontor, Ponorogo dengan kereta Api Bima via Madiun jam 5.00 sore ini atau kita bisa berangkat bersama dengan pesawat via Surabaya besok. Perjalanan Jakarta-Ciamis 12 jam pulang pergi, jadi saya insya Allah baru tiba sekitar jam 9.00 malam di rumah." "Mama kan ada jadwal ke Pekanbaru besok, biar saya duluan berangkat sore ini, Mama ke Riau dulu sesuai komitmen, baru ke Gontor via Surabaya. Dan sebaiknya Mama menemani dulu semalam Nanda Bardan, karena hari ini adalah jadwal libur dua mingguannya kan dari sekolah di JIBBS, Bogor."

Sesuai komunikasi via telepon dan SMS, Kak Ibrahim berangkat jam 5.00 sore menuju Madiun untuk selanjutnya ke Gontor, Ponorogo. Saya sesuai rencana tiba jam 9.00 malam dan masih sempat bersama Nanda Bardan sekaligus menyampaikan rencana saya menengok kakaknya. Dia mengerti dan memberi izin. "Nanti dek Ihsan (sepupunya) kita ajak nemani Nanda Bardan." Kata saya.

Sekitar jam 2 subuh saya sudah bangun menyiapkan tas perlengkapan (siap untuk seminggu, juga air zam-zam yang diminta Nanda Akmal). Barang ini akan dibawa Mas Yusron ke Surabaya. Usai mengemas barang saya melakukan rangkaian sholat malam disertai doa khusus untuk kesembuhan nanda Akmal, dan membaca surah Al-Muluk sambil menanti subuh. Usai sholat subuh saya bersiap dan sudah harus memakai pakaian untuk langsung ke acara pelantikan Gubernur Riau. Sebelum keluar rumah saya minum susu Naco, teh madu, sarapan ringan lalu siap berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta.

Sekitar jam 5.30 subuh dalam perjalanan ke bandara. Kak Ibrahim telepon: "Alhamdulillah, Papa sudah tiba di Gontor dan sudah dengan Nanda Akmal." Di terminal keberangkatan Lion saya bertemu dengan rombongan. Irma Hutabarat, Lastri, Bu Alita dan dua orang wartawan 69++. Kami juga bertemu dengan teman KKSS yang juga akan menghadiri pelantikan. Jam 7.00 pagi kami berangkat dan tiba jam 8.30 kami langsung ke gedung DPRD mengikuti upacara pelantikan.

Usai memberi ucapan selamat kepada Pak Rusli Zainal, Gubernur terpilih, kami makan siang dengan Bupati Inhil, Pak Indra Adnan. Saya sekaligus pamit dan mohon maaf tidak bisa ke Tembilahan menghadiri acara pelantikan beliau sebagai Bupati untuk kedua kalinya. Padahal dengan Inhil kami punya keterkaitan khusus karena Tim MHMMD ikut dalam program pembangunan berbasis pedesaan di Inhil. Tim kami sudah melatih pejabat eselon dua, para camat, kepala desa, kepala sekolah, pimpinan rumah sakit dan puskesmas se-Kabupaten Inhil, Riau.

Sekitar jam 13.00 tatkala mampir sholat di hotel, Nanda Akmal SMS; "Ma, Wisma penuh dengan tamu dari Malaysia dan anggota Badan Wakaf, Hotel sekitar juga penuh, Mama nanti nginap di mana?" Nanda Akmal tak usah repot, Mama dan Papa kan datang untuk temani Nanda Akmal. Mama mau ‘lengket' dan nginap bersama Nanda Akmal, bahkan siap tidur di kursi."

Jam 14.00 kami kembali ke Bandara Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Riau. Pesawat yang harusnya berangkat jam 3.00 sore, tertunda antara lain karena menunggu pesawat wakil presiden mendarat dan menurunkan penumpang. Sambil menunggu saya bertemu dan ngobrol dengan Bang Asro dari Antara dan rombongan anggota DPRD Sulsel yang baru kunjungan ke Riau. Baru sekitar jam 5.30 kami berangkat, tiba Jakarta sekitar jam 19.10. Hanya sepuluh menit setelah tiba di ruang tunggu saya boarding untuk berangkat ke Surabaya.

Setiba di Bandara Juanda sekitar jam 21.30 saya SMS Kak Ibrahim. "Alhamdulillah Mama sudah di Surabaya, Pa." Dan segera beliau jawab: "Alhamdulillah tadi siang setelah saya usap rambut/garuk kepalanya, Akmal sudah bisa tidur sekitar 2 jam, kalau tadi pagi buburnya hanya dimakan 2-3 sendok, tadi siang dan malam buburnya sudah dimakan semua. Sejak jam 8.00 malam sudah tidur, sekarang juga masih tidur, jadi don't worry Mom." Saya bersyukur.

Dijemput Mas Yusron dan istri dan seorang pengemudi kami langsung bersiap ke Ponorogo, Gontor. Setelah mampir makan malam saya izin tidur di mobil. Perjalanan kami tempuh sekitar 5 jam. Pas azan subuh kami masuk di kompleks Pesantren Darussalam, Gontor.

Kondisi Nanda Akmal membaik. Bersama Papa diskusi tentang surah favorit dalam Al Qur'an. Nanda Akmal juga membaca buku Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Teman kuliah bergantian datang menjenguk. Beberapa saya kenal karena jika libur nanda Akmal sering mengajak teman dari berbagai daerah tinggal dirumah dan jalan-jalan keliling Jakarta.

"Sayang ya Ma, Akmal tak bisa hadir dan jadi juri acara Panggung Gembira santri kelas 6 malam ini. Tapi Mama bisa ke sana nanti saya kontak teman untuk siapkan tempat duduk untuk Mama." "Mama ke sini kan untuk temani Nanda Akmal, walau pingin lihat acara tapi biar kami di sini saja."

Esoknya kondisi Nanda Akmal semakin membaik. Kami ngobrol dan saya pijit dan gosok punggung, dada, tangan, betis, kaki, leher, dan kepala serta memotong kuku kaki Nanda Akmal. Kami me-review peta hidupnya. Ternyata sudah 7 tahun di Gontor dan ia rencanakan tiga tahun lagi di sana sampai selesai S-1 bidang Pendidikan Agama Islam dengan pendalaman khusus bidang Psikologi. Setelah itu ia rencana akan ke Kanada. Sahabatnya yang datang membesuk juga bertekad tetap mengajar, mengabdi dan selesaikan kuliah, satu akan ke Jepang dan satunya lagi akan ke Malaysia.

Kami juga me-review bersama jadwal hariannya: Pagi mengajar, dalam seminggu 15 jam untuk 4 mata pelajaran, siang di bagian penerimaan tamu, sore dan malam kuliah dan saat ini mengambil 12 mata kuliah, dan jadi moderator Friendster. Saya juga memberikan tips membaca cepat, membuat ringkasan, belajar bersama, dan mengatur waktu. Setelah me-review jadwalnya, dan agar bisa mengisi waktu lebih efektif, kepada Mama, Nanda Akmal minta dibelikan sepeda; dan agar insya Allah lebih sehat kepada Papa ia minta dibelikan sepatu dan baju olah raga.

Setelah tiga hari kak Ibrahim dan dua hari saya mendampingi Nanda Akmal, kami boleh kembali ke Jakarta dan ia sendiri bersiap keluar dari BKSM dan kembali masuk asrama.

Ketika saya tanya kami harus bayar berapa, Nanda Akmal menjawab: "Saya kan ustadz Ma, jadi tidak bayar, paling biaya tes darah sebesar Rp 80.000."

Sejak Nanda Akmal mondok, kami sekeluarga sering berkunjung ke Pesantren Gontor, terakhir sekitar sebulan lalu -- usai lebaran Idul Fitri - ketika mengantar nanda Akmal kembali setelah libur Ramadhan dan kami bersama keliling Pulau Jawa. Setiap kunjungan saya melihat sangat banyak sisi positif dari pesantren ini sebagai pusat pendidikan dan pengembangan karakter dan peradaban a.l.: suasana religius, sikap kemandirian, rasa kebersamaan dan jaringan antar santri dan alumni, tingkat kepercayaan diri, sense of purpose dan rencana masa depan, rasa hormat kepada pimpinan dan orang tua, panggilan tanggung jawab, jiwa pengabdian, kesederhanaan hidup, tingkat kedisiplinan dan rasa bangga pada almamater, masya Allah sangat tinggi dan sungguh luar biasa!

Seperti saya utarakan ketika acara dialog dengan mahasiswa Indonesia di Kairo, Mesir beberapa waktu lalu: "Nusantara bisa berjaya, dan tampil menjadi salah satu pemimpin peradaban bukan hanya di Asia tapi Dunia jika kita mampu meningkatkan kualitas Imtaq dan Iptek manusia yang subhanallah nomor empat terbesar di dunia. Untuk itu kita perlu membangun dan mengembangkan pusat pendidikan berasrama a.l. model pesantren yang berkualitas unggul di 500 kabupaten atau kalau perlu di 6.000 kecamatan Indonesia."

Hari ini, di kamar ustadz BKSM saya samakin yakin bahwa Pesantren Darussalam, Gontor adalah salah satu model sistem pendidikan dan pembentukan karakter terbaik dimiliki bangsa ini dan semoga salah satu terbaik di dunia.

Nanda Akmal. Sehat Nak ya. We love you very much.

Pesantren Gontor... Selamat menyiapkan generasi baru Indonesia menyongsong Nusantara Jaya 2045. Insya Allah. Amiin.

(marwahdi@yahoo.com dan www.marwahdaud.com)

15 November 2008

CALON LEGISLATIF PEREMPUAN

"Mbak Marwah bisa berbagi pengalaman dan menyampaikan kisah inspiratif kepada calon legislatif perempuan kan?" Demikian kata Ibu Ani Sucipto menyampaikan ajakan lewat telepon.

Ajakan beliau segera saya setujui. Bukankah yang beliau lakukan adalah bagian dari perjuangan kolektif tokoh perempuan Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Teringat kembali ketika saya menjadi salah seorang anggota Pansus UU Pemilu tahun 2003 ketika perjuangan memasukkan angka 30 persen keterwakilan Perempuan dalam UU Pemilu. Kerjasama antara anggota Parlemen Perempuan (dan beberapa anggota Parlemen Pria) lintas Fraksi sangat erat dengan elemen aktivis perempuan dari berbagai LSM, pusat kajian perempuan, organisasi perempuan. Mereka bahkan dikenal sebagai "Fraksi Balkon" tanpa kerja sama antara yang ada di dalam dan di luar perlemen serta dukungan media sulit memasukkan keterwakilan perempuan ke dalam UU Pemilu.

Nah, kini setelah UU Pemilu dan UU Partai politik telah secara konstitusional membuka jalan bagi perempuan untuk berkiprah di rana Politik dan publik, maka saatnya untuk kembali melakukan kerjasama melalui advokasi, pelatihan, mentoring, pendampingan dan berbagai penguatan bagi kaum perempuan agar lebih percaya diri dan lebih mampu untuk mengisi peluang yang sudah dibuka tersebut.

Seperti kesepakatan kami, tanggal 15 November bertempat di Hotel Maraja, Makassar, sekitar 40 Calon Legislatif Perempuan lintas Partai dengan antusias mengikuti acara yang dilaksanakan atas kerja sama LSKP dengan Swedish Embassy dan The Asia Foundation.

Acara pelatihan berlangsung menarik. Banyak di antara peserta saya kenal dekat: ada teman kuliah, ada adik-adik angkatan saya di UNHAS atau junior saya di HMI dan dari Golkar.

Dialog yang dipimpin langsung oleh Ibu Ani Sucipto berlangsung akrab. Beliau memulai dengan memberi pengantar dan menanyakan apa tips dan saran yang bisa disampaikan kepada peserta sehingga saya bisa empat kali menjadi caleg dan bisa terpilih dengan suara tertinggi bahkan mengalahkan banyak caleg pria. Contoh di Soppeng sebagai basis utama saya, pada Pemilu 2004 Partai Golkar bisa mendapatkan suara lebih 80% di saat yang sama secara nasional Partai Golkar dengan perolehan suara sekitar 20 %.

Saya menyampaikan lima hal penting. Pertama, yakini bahwa politik itu mulia tidak kotor seperti sering dipersepsikan selama ini. Jika dimulai dengan meluruskan niat, bahwa apa yang kita lakukan adalah wujud pengabdian kita kepada Allah SWT dan niat yang benar memperjuangkan kepentingan rakyat maka politik sama mulianya dengan menjadi guru, dokter, dan profesi lainnya.

Kedua, rancang program untuk disosialisasikan kepada masyarakat. Misalnya akan fokus pada perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat dan pembukaan kesempatan kerja bagi tenaga kerja terdidik. Kita harus meyakinkan rakyat bahwa dengan perempuan memenuhi keterwakilan 30% maka masyarakat inysa Allah akan lebih sejahtera. Misalnya akan diperjuangan subsidi susu untuk bayi, makanan tambahan untuk anak sekolah.

Ketiga, fokuskan segenap energi supaya bisa menang. Tentu saja harus ada rencana yang matang, pemetaan dan pendataan yang akurat serta kerja keras dan kerja cerdas. Harus tahu data, butuh berapa suara untuk bisa menang. Di daerah pemilihan kita ada berapa kabupaten/kota, berapa kecamatan, berapa desa, berapa RW, RT, berapa keluarga, berapa mata pilih. Apa potensi daerah pemilihan kita, apa masalah mendasar yang perlu dipecahkan. Siapa tokoh berpengaruh yang harus kita temui.

Keempat, temui rakyat. Harus turun ke masyarakat. Naik mobil, ojek dan kalau perlu jalan kaki atau naik kuda. Temui rakyat di kolong rumah, di pasar, di tempat ibadah, di sekolah (tidak harus selalu dengan atribut partai). Ketika bertemu justru tidak hanya berceramah dan berorasi tapi juga penting mendengar aspirasi mereka dan mengusulkan solusi dan tebar harapan dan optimisme misalnya dengan bersama masyarakat menggali potensi yang bisa dikembangkan di daerah yang dikunjungi. Dan jangan lupa rekrut banyak relawan muda selain untuk kepentingan kaderisasi, mereka juga bisa membantu dalam proses mendata, dan menyusun program dan berkomunikasi dengan konstituen.

Kelima, lakukan dengan tulus dan terus menambah kemampuan. Kalau kita bekerja untuk Allah pintu kemudahan akan kita dapatkan. Berikan apa yang Anda punya. Berikan keterampilan, bagi pengalaman, bagi ilmu, berikan senyum dan cinta Anda yag tulus kepada rakyat. Langganan Koran, banyak membaca, banyak berdialog, jangan lupa kembali ke daerah pemilihan menyatu dengan rakyat ketika sesudah terpilih, buat program bersama rakyat. Mewujudkan program yang sudah dijanjikan ketika kampanye.

Ketika saya turun ke desa-desa berkali-kali masyarakat mengatakan bahwa "Ibu adalah satu-satunya yang pernah kami pilih yang masuk ke desa ini, bahkan wakil kami di provinsi dan kabupaten saja tidak pernah datang."

Hampir semua peserta mengajukan pertanyaan; Caleg PAN, Partai Demokrat, PKS, PDIP, PDK, Golkar, PPP seputar cara memetakan konstituen; menyusun program, fund rising, menyiapkan saksi serta mengatur waktu dengan keluarga. Suasana akrab dan penuh optimisme.

SELAMAT BERJUANG CALON LEGISLATIF PEREMPUAN INDONESIA.
Insya Allah Tuhan memberkahi. Salam Nusantara Jaya 2045

(marwahdi@yahoo.com dan www.marwahdaud.com)

11 November 2008

ANAK DAN MASA DEPAN BANGSA

"Tahun 1985, saya mendapat kesempatan berkunjung ke Korea. Ketika itu visi Korea sederhana sekali -- Tahun 2005 Korea semaju Jepang -- dan terbukti dalam beberapa hal target itu tercapai. Tapi ada lebih menarik lagi, ternyata perhatian pemerintah dan masyarakat Korea sangat tinggi pada anak usia dini. Ketika itu dilakukan program khusus untuk menyiapkan kader masa depan Korea dari anak usia dini. Salah satu caranya adalah anak usia di bawah enam tahun diminta untuk melompat ke kolam renang. Hal ini dilakukan untuk melihat keberanian dan naluri mereka. Inti illustrasi ini sebenarnya adalah bahwa, salah satu tonggak penting persiapan untuk menuju negara yang maju adalah penyiapan generasi masa depan sejak usia sangat dini."

Cerita di atas adalah penggalan jawaban yang disampaikan oleh Bapak H.Gaffar Usman, Kakanwil Departemen Agama Provinsi Riau, ketika menjawab pertanyaan anggota Komisi VIII DPR RI yang melakukan kunjungan kerja ke Riau dan secara khusus menanyakan program pendidikan dan pembinaan untuk anak usia dini.

Program tentang Korea menarik, karena kita juga sering mendengar cerita tentang perhatian kepada anak usia dini dari Lee Kuan Yew ketika terpilih memimpin Singapura. Pendidikan, pembimbingan dan perhatian khusus kepada anak usia dini mereka lakukan karena meyakini bahwa diperlukan penyiapan generasi untuk memasuki era baru dan pergaulan yang semakin mengglobal. Anak-anak dengan kemampuan kelas dunia yang dimiliki Sigapura saat ini telah dipersiapkan sejak mereka berusia dini di awal pemerintahan Lee Kuan Yew.

Saya teringat ketika hamil anak pertama saya Dian dan anak kedua saya Akmal di Amerika Serikat waktu sedang kuliah S-3. Ketika memeriksakan kandungan di Columbia Hospital for Women, saya diminta untuk menulis asupan yang saya konsumsi berupa minuman dan makanan selama beberapa hari untuk kemudian dianalisis oleh ahli gizi. Kesimpulannya, saya kurang gizi dan harus dimasukkan dalam program penerima makanan tambahan. Saya pun mendapatkan kupon untuk mengambil susu, jus, telor dan keju di supermarket terdekat. Salah satu yang wajib adalah harus minum susu "minimal empat gelas" per hari. Itu untuk kebaikan bayi dan ibunya. "Itu perintah undang-undang yang berlaku untuk semua perempuan yang hamil dan akan melahirkan di Amerika." Termasuk untuk mahasiswa asing seperti saya. Program pemberian makan siang juga dilakukan sampai usia SMA di sekolah. Ini juga dilakukan di Korea.

Ketika berkunjung dan bertemu dengan teman-teman Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Provinsi Riau, kami pun kembali dalam dikusi serius tentang perlunya memberikan perhatian khusus kepada anak Balita.

Apa jadinya anak-anak kita yang lahir hari ini, dan yang akan mengambil alih estafet kepemimpinan di bidang masing-masing lk 30-40 tahun yad di era kita harapkan Nusantara Jaya 2045 memimpin peradaban dunia, jika anak-anak kita di awal hidupnya tumbuh dengan kurang gizi, serta tiap hari mendengar kata-kata negatif dan mengundang pesimisme seperti mutilasi, pembunuh berganda, bom, teroris, pornografi, korupsi, dll."

Saatnya kita serius membenahi program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Indonesia.

"Sayang Bu, negeri kita belum memberikan perhatian khusus kepada anak usia dini, padahal 2/3 potensi kecerdasan anak berkembang di dalam kandungan dan Usia sebelum masuk SD" Kata anggota KPAID Riau. Dr. Muslimin Nasution di berbagai pertemuan ICMI yang selalu mengingatkan, usia Balita itu adalah golden age bahkan diamond age, harus sungguh-sungguh mendapat perhatian kita.

Pak Gaffar dan teman-teman di KPAID Provinsi Riau, kembali mengingatkan kita akan pentingnya pembenahan pendidikan usia dini. Jika kita ingin Nusantara Jaya 2045, segenap potensi bangsa harus diarahan untuk anak sejak usia dini. Saatnya rumah-rumah ibadah, Posyandu, taman bermain, taman bacaan dijadikan tempat mengembangkan potensi anak Indonesia. Program pengurus PKK, RT/RW desa/kelurahan harus mendata secara akurat dan aktual orang hamil dan usia Balita by name and by address di wilayah tinggal mereka, agar potensi yang dianugrahkan Pencipta kepada tiap-tiap anak Indonesia dapat ditemukan dari sangat dini untuk kemudian diberikan sentuhan terbaik sejak dini. Selain pemberian asupan berupa gizi dan imunisasi untuk keperluan fisik, juga perlu asupan dan imunisasi untuk untuk pikiran, perasaan, dan ruhani mereka. Sehingga akan hadir anak-anak dengan IMTAQ dan IPTEK berkualitas tinggi, dengan emosional, spiritual, intelegensia, dan adversity question (ESIA Q) yang prima.

Salam Nusantar Jaya 2045.

(marwahdi@yahoo.com dan www.marwahdaud.com)

10 November 2008

INDONESIA DAN EROPAH

Tanggal 9 November malam, dalam acara resepsi pernikahan putri Bapak Sudrajat, Dubes Indonesia untuk China di hotel Darmawangsa saya sempat berbincang dengan Pak Harry Tjan Silalahi, salah seorang tokoh CSIS dan Jalan Lurus dan Dr. Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina.

“Kalau mau berhasil memimpin bangsa ini maka harus menyadari bahwa Indonesia itu negeri besar. Indonesia itu tidak bisa disamakan dengan Jerman, Inggeris, Perancis, Belanda, dll. Indonesia itu sama Negara EROPA, gabungan dari puluhan Negara.” Kata pak Harry Tjan, seperti biasa, dengan semangat dan nada sangat serius. "Jadi kalau mau berhasil memimpin Indonesia yang begini besar dan majemuk, Anda harus membentuk tim. Kalau bergerak sendirian sulit. Bisa saja seseorang diterima di satu provinsi belum tentu di kenal di provinsi lain. Jadi harus bekerjasama dengan tokoh-tokoh lain dari berbagai latar belakang.”

Bapak Harry Tjan Silalahi memang salah seorang pemikir cerdas dan brillian yang dimiliki Indonesia. Pikiran cemerlang teryata bukan hanya bisa kami dapatkan di acara seminar atau pertemuan formal dan serius lainnya, tapi bahkan juga di acara nikahan. Terakhir saya bertemu dengan beliau ketika ada acara pertemuan dialog Yayasan Jati Diri Bangsa yang dipimpin oleh Bapak Soemarno Soedarsono, Surjadi Soedirdja, Kiki Syahnarki dll.

Saya merasa bersyukur karena fikiran yang beliau sampaikan tentang betapa luas dan besarnya Indonesia sangat sejalan dengan pikiran kami di tim Nusantara Jaya 2045. Bahkan dalam presentasi Nusantara Jaya tanggal 5 November lalu, kami tampilkan gambar peta Indonesia yang diletakkan di atas peta 27 negara Eropa dengan memakai Google map. Luas dan besarnya wilayah Indonesia ini pula menjadi alasan dan keyakinan bahwa Nusantara Jaya tahun 2045 bisa memimpin peradaban bukan hanya di Asia tapi di Dunia.

Saya teringat buku kompilasi data yang dihimpun oleh Uni Eropah yang memperlihatkan keseriusan mereka untuk berhimpun agar menjadi kekuatan bersama yang besar (lihat gambar di bawah ini). Data tersebut memperlihatkan Jerman dengan penduduk 82,5 juta, Prancis 59,9 juta, Inggeris 59,7 juta. Negeri Belanda (yang pernah menjajah Indonesia, dan masih sering oleh sebagian kita untuk dijadikan alasan penyebab ketertinggalan bangsa) hanya berpenduduk 16 juta orang, kurang dari setengah penduduk Provinsi Jawa Barat.

Kami pun di Tim Nusantara Jaya 2045 bertekad untuk memasukkan dalam pikiran rakyat Indonesia terutama generasi baru Indonesia, bahwa Indonesia adalah negara besar yang diberkahi Allah SWT. Dan bahwa dibutuhkan kontribusi kita untuk menjadikan bangsa ini maju, mandiri, bermartabat dan pada gilirannya bisa menjadi salah satu penyangga peradaban dunia. Salah satu yang paling mendesak untuk kita lakukan adalah membangun rasa kebersamaan (modal sosial) antar segenap pemimpin bangsa dan seluruh rakyat Indonesia agar mau mempererat tali persatuan dan kesatuan.

Kalau pemimpin Eropa saja yang beragam sistem politiknya (terbagi atas lebih dari duapuluh negara berdaulat dengan sistem pemerintahan yang berbeda: ada kanselir, perdana menteri, presiden, raja dan ratu di Belanda, dll) bisa bersatu membuat mata uang bersama Euro dan membentuk parlemen Uni Eropa, masa negeri kita yang sudah mengikat diri sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 serta bermotto "Bhineka Tunggal Ika" tidak menyatukan potensi untuk kemajuan bersama?

Caranya, kita arahkan pandangan kita fokus ke masa depan sambil tekun memberikan kontribusi terbaik kita masing-masing saat ini, dan bertekad untuk tidak sekadar sibuk mencari siapa yang salah di masa lalu.

Pertemuan dan dialog dengan Bapak Harry Tjan Silalahi dan Dr. Anis Baswedan memang tak berlangsung lama. Masing-masing berbaur dangan tamu lain sambil sayup mendengar pengumuman MC pernikahan mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Ny. Ani Yudhoyono dan Bapak Wakil Presiden H.M. Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla.

Sungguh pun pertemuan sangat singkat, namun kembali meyakinkan saya tentang betapa besarnya Indonesia. Betapa negeri ini memerlukan tim pemimpin yang tangguh. Saya pun berdoa semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada bangsa besar ini dengan pemimpin terbaik menurut pilihan-Nya.

Saya pun megajak kita semua berdoa sambil tentu terus berikhtiar, seperti difirmankan-Nya dalam QS Ar-Rad: 13:11 "... Tuhan Tak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali ia mengubah nasibnya sendiri..." Selamat mencari dan menemukan Pemimpin terbaik Indonesia.

Salam Nusantara Jaya 2045.

(marwahdi@yahoo.com dan www.marwahdaud.com)

09 November 2008

Forum Silaturahmi Kesultanan Se-Nusantara Festival Keraton Nusantara IV

Minggu-minggu ini kita dikagetkan oleh pemberitaan yang terkait dengan Kesultanan dan Keraton se-Nusantara. Kejadian Pertama adalah ketika lebih 47 raja dan sultan perwakilan dari 118 kerajaan se-Nusantara mengurungkan niat untuk menghadiri acara Pisowan Agung 28 Oktober lalu di Yogyakarta. Alasannya antara lain terkait dengan pernyataan Sultan Hamengkubuono X di media dan karena beliau tampil tidak memakai pakaian adat kebesarannya (lihat wawancara KPH. Gunarso G.Kusumodiningrat Sekjen Forum Silaturrahmi Kesultanan se-Nusantara di Harian Rakyat Merdeka 8 Nov 08, hal. 3).

Kejadian kedua sangat mengenaskan, ketika Pemerintah Kabupaten Gowa mengosongkan Istana Balla Lompoa di Sunggguminasa dari anak dan keturununan Raja Gowa ke-36 Andi Ijo Karaeng Lalolang. Tragisnya pengosongan paksa melibatkan satuan polisi pamong praja (satpol PP) dilakukan -- sungguh pun diprotes oleh keturunan Sultan Hasanuddin dan mahasiswa setempat. --justru karena akan dilaksanakannya Festival Keraton Nusantara IV tanggal 14 November di Gowa (lihat Fajar Online 8 Novembe dan berita Kompas, 9 Nov 08, hal.2).

Beberapa tahun terakhir ini saya ditakdirkan dan diperjalankan di berbagai pertemuan yang terkait dengan keluarga Kerajaan dan Kesultanan Indonesia. Pertama tahun 2002 saya diajak berkunjung Situs Kerajaan Kalingga dirangkaikan dengan kunjungan ke makam Karaeng Galesong. Lalu Parade Nusantara yang diketuai oleh Sudir Santoso dan Sekjen Suryokoco mengundang saya bersama Bapak Ryamizard Ryacudu, Sinuwun Tejowulan, I Gde Putu Ary Suta, Aa Gatot, ke Trowulan, Mojekerto, situs kerajaan Majapahit. Kunjugan lain yang pernah saya lakukan adalah ke Kesultanan Kutai Kartanegara, Buton, Ternate, Siak, Tallo, Soppeng, Luwu. Dan saya pun dekat dengan keturunan Raja Soppeng dan Soppeng Riaja Andi Kaswadi Razak dan Zainuddin Siddiq, yang tahun lalu meresmikan Rumah adat Kerajaan di Ralla, Kab.Barru.

Bagaimana seharusnya kita memposisikan Kerajaan dan Kesultanan di Indonesia?
Sepertinya di era otonomi dan alam demokrasi sekarang ini ternyata semakin kita sadari bahwa mereka tidak hanya meninggalkan keraton dan berbagai warisan berupa benda berharga tapi terutama warisan hidup berupa tradisi, adat istiadat, tatakrama melalui turunan mereka.

Saya teringat pertanyaan wartawan tanggal 14 Maret 1007 seusai menerima anugerah dan piagam bertuliskan Marwah Daud, Datin Sri Petinggi Istana dari Penembahan XIII Istana Amantubillah, di Mempawah, Pontianak Kalbar. oleh Dr. Ir. Pangeran Ratu Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim, M.Sc.dari Kerajaan Amantubillah. Pertanyaannya kurang lebih sbb: "Ibu Marwah sudah S-3 di Amerika, harusnya berfikiran maju dan modern, kok mau ngurusin keraton, kerajaan dan kesultanan, tidakkah ini melangkah mundur, kuno dan perlambang feodalisme?"

Ketika itu saya dapatkan ilham dan saya jawab bahwa "Nusantara ini akan berjaya jika menghormati kerajaan dan kesultanan se Nusantara. Dan ini sama sekali tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang bertentangan dengan prinsip negara modern atau negara maju."

"Kurang apa majunya Jepang mereka punya dan menghormati kaisarnya; kurang apa majunya Inggeris dan Belanda mereka punya ratu dan raja; atau lihat tetangga sebelah kita Malaysia dan Thailand punya perdana menteri tapi juga tetap punya raja yang dihormati."

Sudah lama saya berpikir bahwa harusnya di upacara kenegaraan, seperti pelantikan presiden, upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus, pada Rapat Paripurna DPR-RI yang dihadiri para teladan, duta besar dan para veteran, adalah sesuatu yang pantas jika perwakilan para raja sultan dan ratu se-Nusantara yang diundang dengan pakaian adat kebesaran masing-masing. Demikian pula di setiap upacara provinsi dan kabupaten perwakilan kerajaan dan kesultanan setempat diajak hadir dengan pakaian adat kebesarannya. Leluhur mereka telah memberikan goresan dan jejak penting dalam kebudayaan dan pengembangan agama dan peradaban Nusantara.

Sudah waktunya tokoh yang memiliki pengaruh riil di masyarakat diposisikan di tempat yang tepat dan diajak memberikan kontribusi terbaiknya sebagai modal sosial dan budaya bagi bangsa. Semoga kejadian di Yogyakarta dan di Gowa menjadi titik awal untuk kita sebagai bangsa bisa mengambil sikap bijak terhadap keberadaaan Kesultanan dan Kerajaan di Nusantara. Kita perlu melakukan pembicaraan secara baik-baik dengan Raja dan Sultan Nusantara. Dan yang pasti kita harus membangun pola relasi yang menjadikan mereka subyek terhormat, seperti Festival Keraton Nusantara IV, dan bukannya sebagai obyek penderita yang bahkan tega kita permalukan.
Salam Nusantara Jaya 2045.

(marwahdi@yahoo.com dan www.marwahdaud.com)

08 November 2008

Anak Mama adalah Seluruh Rakyat Indonesia

Bardan Rayhan IbrahimSuatu pagi sekitar tahun 2003, di perumahan Anggota DPR, Kalibata, Jakarta ketika saya asyik mencuci piring di dapur tiba-tiba Bardan Rayhan Ibrahim, anak bungsu kami, mendatangi saya dari arah ruang tamu dan berujar: "Mama anaknya banyak Mak ya." "Anak saya kan tiga orang, Kak Dian, Kak Akmal dan Dek Bardan." Jawab saya. Lantas Bardan menjawab "Anak Mama itu banyak, seluruh rakyat Indonesia." Saya kaget. Ketika itu usianya barulah sekitar 9 tahun, dan baru kelas 3 SD. Dari mana frase Anak Mama adalah seluruh Rakyat Indonesia dia dapatkan? Sampai saat ini saya tidak tahu jawabnya, tapi sejak itu, entah siapa yang memulai, yang pasti menjalar sangat cepat, tiba-tiba di mana-mana saya pergi, sering betul saya dipanggil Bunda Marwah, terutama oleh alumni pelatihan Mengelola Hidup Merencanakan Masa Depan (MHMMD).

Yang juga mengherankan sejak itu intensitas saya berkeliling ke seluruh pelosok Nusantara bertemu dengan rakyat semakin tinggi. Perjalalanan terbanyak adalah sebagai Nara Sumber dan Pelatih Utama MHMMD (ini terutama di akhir minggu) atau sebagai Presidium ICMI dan yang terakhir sebagai Ketua Umum Perhimpunan Masyarakat Desa Nusantara (PMDN). Kami melakukan pelatihan MHMMD di Gorontalo, Makassar, Banda Aceh, Indragiri Hilir, Mataram, Kendari, bahkan ke luar negeri seperti Kairo, dan beberapa hari lalu di Hong Kong. Rakyat Indonesia yang memangggil saya Bunda Marwah jadi semakin luas tersebar bukan hanya di seantero Nusantara tapi jua di Mancanegara.

Hari ini tepat 8 November 2008, ultah saya dirayakan di tengah acara pelatihan metode MHMMD di kelurahan Pertukangan Utara, Pasar Manggis, Kebun Baru, dan Grogol Selatan, Jakarta Selatan. Ada dua nampan besar nasi tumpeng beserta buah-buahan hadiah kiriman dari keluarga Pak Handoko, lalu ditambah satu nampan nasi tumpeng beserta bunga, kue ultah lengkap dengan lilinnya dari NACO Peduli menyusul tiba ditempat pelatihan. Tim pelatih, mentor, peserta pelatihan MHMMD, dan rombongan NACO Peduli, dan peserta workshop guru kumpul berdoa, bernyanyi dan makan bersama. Mereka pun bergantian memberi selamat: "Selamat Ultah Bunda."

Saya pun berefleksi, masya Allah, subhanallah... tiga hari lalu (5 Nov 08) Dewan Integritas Bangsa yang tediri dari anak-anak muda dari 8 ormas mendaulat saya menjadi salah seorang Capres RI 2009 di Konvensi yang akan mereka gelar dari 9 Desember 2008 sampai 9 Februari 2009. Apakah kalimat Nanda Bardan tahun 2003 adalah ilham dariMu atau nubuat (istilah ibu Inge), bahwa Engkau akan menjadikanku salah seorang Bunda Pertiwi dari bangsa besar ini. Wallahu A'lam. Jika itu kehendakMu ya Allah. Saya ikhlas dan insya Allah siap, karena saya yakini Engkau akan menuntun dan membantuku dan mengirimkan sahabat-sahabat seperjalanan terbaik untuk berjuang bersamaku. Biarlah garis taqdirMu menjawabnya ya Allah karena saya yakin tidak ada kekuatan selain kekuatanMu. (marwahdi@yahoo.com)

07 November 2008

Resonansi Zaim Uchrowi: BERANI BERMIMPI

"Ma... sudah baca Resonansi Mas Zaim Uchrowi hari ini? Bagusss sekali!!!" Kata suami saya sambil masuk ke ruang perpustakaan kecil rumah kontrakan kami dan menyodorkan Koran Republika terbitan tanggal 7 November 2008 kepada saya.

Membaca judulnya saja saya terpana: BERANI BERMIMPI. Mas Zaim memang punya kecerdasan luarbiasa dan talenta menulis yang mengagumkan. Beliau mampu menangkap hal paling esensial dari sebuah kejadian. Dari acara Pemaparan dan Peluncuran Program NUSANTARA JAYA 2045 dan Dialog Calon Presiden RI Versi Dewan Integritas Bangsa (DIB) tanggal 5 November 2008 di Wisma Serbaguna, Gelora Bung Karno, yang sempat beliau ikuti, beliau menangkap esensinya -- mengajak anak Indonesia menyusun impian (cita-cita) dan merancang hidup dan masa depan untuk mencapainya.

Mas Zaim Uchrowi sebenarnya punya andil dalam program yang kami luncurkan. Seperti yang ditulis dalam Resonansi tsb, beliau ikut menyemangati kami dan tim MHMMD --sebuah pelatihan yang cikal bakalnya mulai dilatihkan sejak tahun 1996 di lingkungan terbatas-- untuk mengintensifkan pelatihan tersebut kepada umum. Bahkan foto Mas Zaim, di tengah peserta pelatihan yang kami adakah tahun 2002 di Simpul Madani, ICMI Center diabadikan dalam buku panduan pelatihan MHMMD.

Mas Zaim Uchrowi juga diberkahi Allah SWT kepekaan membaca tanda-tanda zaman. Beberapa waktu sebelum Ustaz Arifin Ilham melakukan Zikir Akbar berjamaah, Mas Zaim sudah beberapa kali menyampaikan kepada kami tentang Ustaz muda yang zikirnya menggetarkan hati tsb.

Sebelum Muktamar ICMI di Makassar Desember 2005, Mas Zaim datang khusus menemui saya di kantor ICMI dan berkata, "Siap-siap Kak Marwah, boleh jadi ICMI akan membutuhkan Kak Marwah sebagai salah satu pemimpinnya. Alasannya, Kak Marwah salah seorang pendiri dan tekun serta konsisten mengawal program dan perjalanan ICMI selama ini." Ketika itu nama-nama unggulan yang muncul sebagai calon pimpinan ICMI adalah Pak Sugiharto, Dr. Muslimin Nasution, Ir. Hatta Radjasa, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie dll.

Ternyata, beberapa tokoh muda ICMI seperti Irfanul Islam, Baihaqi Abdul Madjid, dan beberapa lainnya terutama dari badan otonom seperti Masika, Yayasan Orbit, dan Lasnaz BMT dari berbagai wilayah Indonesia mendorong saya dan mengajak banyak teman muda untuk mendukung saya dalam pencalonan dan pemilihan pimpinan ICMI. Dan Mas Zaim terbukti benar, pada saat pemilihan pimpinan dengan pola kolektif (Presidium) pada Muktamar IV ICMI, di Makassar bersama Ir. Hatta Radjasa, Dr. Muslimin Nasution, Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, Prof. Dr. Azyumardi Azra saya terpilih menjadi Presidium, bahkan mendapat suara terbanyak.

Ada lagi yang istimewa dari Mas Zaim, selain memiliki pengaruh dengan tulisan, beliau sendiri seorang yang memiliki impian dan getol memperjuangkan realisasi impian atau cita-citanya. Saya ingat di awal 1990-an, ketika ICMI baru saja dibentuk, Mas Zaim menemui Mbak Tatat Rachmita Utami, kemudian menemui pengurus inti ICMI, menyampaikan impian akan sebuah koran harian alternatif. Beliau bahkan sudah membawa konsep korannya, foto gedung kantor redaksinya serta usulan kerjasamanya dengan tim pemilik koran dan gedung sebelumnya, Mas Soetrisno Bachir. Pada era sulit terbitkan koran, dengan impian/visi yang kuat dan perjuangan yang tak lepas dari ketokohan a.l. Mas Zaim Uchrowi yang masih sangat muda, ternyata mampu melahirkan koran "REPUBLIKA" yang awal kelahirannya dinakhodai oleh mas Parni Hadi.

"Terima kasih banyak atas Resonansi-nya" demikian SMS saya ke Mas Zaim Uchrowi. Yang beliau jawab singkat saja. "Insya Allah langkah kak Marwah akan berbuah." Saya pun menjawab balik: "Amiin semoga berbuah lebat sepanjang zaman. Mohon doa dan dukungan Mas Zaim agar langkah bangsa kita selalu dalam bimbingan-NYa."

SELAMAT BERMIMPI INDAH DAN BERCITA-CITA MULIA INDONESIA!!!

Semoga Allah memberkahi kita semua. Amiin. Salam Nusantara Jaya 2045.
(marwahdi@yahoo.com & www.marwahdaud.com).

06 November 2008

Mentoring Amien Rais di The Ary Suta Center

"Mbak Marwah selamat ya, saya baru baca liputan media tentang acara peluncuran Program Nusantara Jaya 2045, tapi kok belum tiba di The Ary Suta Center, hari ini kan Pak Amien Rais memberikan leadership mentoring. Calon presiden harus ketemu dengan sesama calon presiden." Demikian kurang lebih pesan telepon Dr. Denny Danuri, kepada saya.

Saya memang rutin ikut dalam acara leadership mentoring the Ary Suta Center, dan selalu belajar banyak dari tokoh nasional pilihan yang ditampikan di sana dan menurut saya sangat inspiratif: mereka a.l. Mochtar Riady, Agung Laksono, Prabowo Subianto, dan hari ini Pak Amien Rais.

Tanggal 6 November hari ini, saya tiba sedikit terlambat, dan diminta duduk paling depan pojok sebelah kanan. Ketika saya masuk Pak Amien Rais sedang melakukan napak tilas sidang-sidang MPR-RI yang beliau pimpin ketika gerakan reformasi masih membara di akhir tahun 90-an. Banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari mentoring beliau:

Pertama, beliau memiliki kemampuan memimpin, sehingga sidang yang diprediksi akan berjalan alot melalui ketukan palu beliau bisa berlajan lancar (seperti pembahasan tata tertib dan hasil Badan Pekerja MPR lainnya).

Kedua, dari mentoring di The Ary Suta Center hari itu memperlihatkan betapa tingginya tingkat religiusitas Prof. Dr. Amien Rais. "Ketika saya diberi tahu akan ada hujan interupsi dan upaya penggagalan sidang Paripurna MPR yang akan saya pimpin saya membaca doa sepanjang perjalanan menuju meja sidang." Bahkan beliau berbagi doa: Ayat 80, surah Al Isra: "Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong. Alhamdulillah sidang berjalan lancar dan dimudahkan Allah SWT."

Ketiga, Prof. Amien Rais memiliki kemampuan lobbi yang efektif mempersatukan berbagai kekuatan berbeda, terbukti dengan keberhasilan beliau menjadi salah satu tokoh penting Poros Tengah di awal reformasi. Kemampuan inilah yang antara lain hari itu oleh salah seorang penanya dari Partai Hanura diminta untuk terus diemban oleh Pak Amien Rais, termasuk di Pilpres 2009 yad. Beliau tak langsung meyatakan kesiapan mengambil peran seperti awal reformasi, tapi beliau menyampaikan tips penting: untuk bisa mempersatukan banyak komponen dengan pendapat berbeda, kita tidak boleh berada di kutub ekstrim tapi harus mencari titik temu.

Keempat, Pak Amien Rais sangat demokratis. Ketika salah seorang peserta menanyakan kesiapan untuk maju di Pilpres 2009, beliau menjawab tanpa beban: "Saya di bangku cadangan saja. Sekarang eranya kaum muda, lihat itu Obama di Amerika. Juga eranya perempuan seperti terpilihnya Perdana Menteri Perempuan di Israel dan beberapa Gubernur dan Wakil Gubernur di Indonesia. Tapi kalau memang diperlukan turun lapangan bermain, saya insya Allah siap."

Kelima, yang pasti Pak Amien Rais seorang pejuang yang amat cinta tanah air dan bangsanya dan berani melawan dan menantang siapa saja jika rakyat tak diperlakukan adil di negerinya sendiri. Beliau berkata dan berlaku tegas pada Pak Harto dan kini beliau tetap tegas kepada pihak siapa pun yang dinilai berlaku tak adil kepada rakyat. Seperti ditegaskannya: Kepemimpinan baru nanti harus berani mengatakan kepada pihak yang berlaku secara tidak adil di negeri ini: We have a new leadership, a new Government, a new system and we have to renegosiate our contract... Siapa bilang tidak bisa. Yang penting berani. Negara Amerika Latin yang lebih kecil sumber-dayanya saja berani... masak kita tidak!!!!"

Terima kasih Pak Amien Rais, Bapak adalah salah seorang pemimpin inspiratif yang dimiliki bangsa ini yang telah mengambil peran dalam mewujudkan perbaikan nasib bangsa dan rakyat Indonesia. Terima kasih The Ary Suta Center sudah memfasilitasi leadership mentoring hari ini. Semoga Allah SWT memberkahi langkah perjuangan kita, Bangsa Indonesia tercinta. Salam Nusantara Jaya 2045.

(marwahdi@yahoo.com & www.marwahdaud.com)

05 November 2008

Nusantara Jaya 2045 dan Capres RI Versi DIB


Tanggal 5 November 2008, semoga insya Allah kelak menjadi catatan sejarah penting akan dikenang oleh anak-cucu dan keturunan kita sebagai salah satu tonggak kebangkitan Nusantara. Dua acara disatukan hari ini; yaitu, Pemaparan dan Peluncuran Program NUSANTARA JAYA 2045 oleh Marwah Daud Ibrahim ketua Umum DPP PMDN dan Pendiri MHMMD dan Dialog Calon Presiden RI versi Dewan Integritas Bangsa (DIB).

DIB sendiri merupakan terobosan generasi baru Indonesia yang sungguh menarik. Generasi muda yang seusia anak pertama saya yang tergabung dalam DIB terdiri dari delapan pimpinan puncak organisasi pemuda berlatar agama. Idy Muzayyad, Ketua Umum PP Ikatan Pelajar NU; M. Izzul Muslimin, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah; Dating Palembangan, Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI); Natalis Situmorang, Ketua Umum PP Pemuda Katolik; Ronny Hermawan Ketua Umum Gerakan Muda Buddhis Indonesia (GEMABUDHI); Nyoman Gde Agus Asrama, Ketua Umum DPN Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (PERADAH); Kris Tan, Ketua Umum Generasi Muda Konghuchu (GEMAKU): dan Lieus Sungkharisma, Koordinator Nasional Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KOMTAK).

Visi DIB adalah terwujudnya Bangsa Indonesia yang berintegritas dan Sejahtera di masa depan. Dalam perjuangan mewujudkan Bangsa Indonesia yang berintegritas dan sejahtera, DIB memiliki Trilogi yaitu: 1) Tidak berkutat mempermasalahkan masalah; 2) Tidak menyalahkan orang lain; 3) Memfasilitasi putra-putri Indonesia terbaik untuk tampil terdepan memimpin bangsa dan negara.

Persiapan acara peluncuran NUSANTARA JAYA 2045 dan Dialog Capres RI versi DIB tanggal 5 November 2008 sangatlah singkat. Pertemuan tim kami dengan DIB di menara KADIN, Jumat 17 Oktober 2008. Hari itu disepakati memilih tanggal 5 November 2008 sebagai hari peluncuran program bersama. Sebenarnya kedua materi peluncuran dan dialog merupakan modul Tiga Pilar Kemitraan (3pK). Itu sebabnya pertemuan ini difasilitasi oleh Bapak Ai Mulyadi Mamoer, salah satu tokoh 3pK.

Tak ada sesuatu yang kebetulan. "...Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya...." (QS. 6:59). Pasti bukan sebuah kebetulan dan tentu dalam pengetahuan dan izin-Nya juga sehingga jika hati kami tergerak dan dimudahkan-Nya untuk mengadakan acara tanggal 5 November waktu Indonesia (4 November malam waktu Amerika). Ternyata bertepatan dengan hari pemilihan dan penentuan hasil Pilpres Amerika. Hal ini menjadi menarik karena Pemilu AS dinyatakan dimenangkan oleh Obama, yang dari awal menyatakan kekuatan utamanya adalah integritas pribadi dan dari awal menyatakan pemihakannya kepada rakyat banyak dan bukan pada segelintir elit.

Bagi saya sekeluarga, hari ini juga memiliki makna khusus karena bertepatan dengan ulang tahun cucu pertama kami Fathir dari anak kami Dian Furqani Ibrahim dengan Faisal. Saya menganggap apa yang dilakukan hari ini adalah menebar energi positif, dan menebar benih optimisme dan berbagai kebaikan untuk dipanen anak cucu kita 10, 20, 30, 40 tahun bahkan ratusan tahun ke depan. Apa yang akan mereka panen tergantung dari apa yang kita tanam hari ini. Mari kita menanam kebaikan dan kemuliaan untuk anak cucu kita.

Semoga acara hari ini yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah, dan berbagai elemen bangsa dapat membawa angin perubahan di republik tercinta ini. Semoga Konvensi Capres RI versi DIB yang rencananya akan dilaksanakan insya Allah dari tanggal 9 Desember 2008 sd. 9 Februari 2009 dapat memfasilitasi putra-putri terbaik Indonesia tampil memimpin bangsa.

Semoga tahun 2045, kelak di era cucu saya dan teman segenerasinya mengambil estafet kepemimpinan, Indonesia insya Allah menjadi bangsa berintegritas, maju, mandiri, dan bermartabat, memimpin peradaban bukan hanya di Asia tapi di dunia.

Apa mungkin? Tanya beberapa kolega. "Insya Allah, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah SWT menghendaki." Dan seperti motto DIB "Tidak ada yang Tidak Bisa, Kecuali Tidak Mau."

Salam NUSANTARA JAYA 2045 (marwahdi@yahoo.com & www.marwahdaud.com)